ArtikelBerita

Lomba Tingkat Bukan Sekadar Lomba Bertingkat

Setiap orang di dunia terlahir untuk berlomba. Sebelum lahir pun, kita telah berlomba dengan sel-sel sperma yg lain hingga menjadi pemenang yg lahir ke dunia. Seterusnya, kita selalu dihadang oleh kompetitor-kompetitor yg lain, dalam segala hal. Sepanjang hidup, kita tak lepas dari berlomba, berlomba untuk menjadi yg terhebat, berlomba untuk menjadi yang terbaik, berlomba untuk menjadi segala-galanya. Semua ingin menjadi yg terbaik, semua ingin menjadi yang terhebat.

Berlomba merupakan sifat anak, remaja, bahkan hingga beranjak dewasa. Tetapi, ada sifat yang lebih mendasar dalam diri manusia, bekerja sama. Manusia adalah zoon politicon-kata Aristoteles.

Gerakan Pramuka mengamini bahwa upaya membentuk kepribadian yang beriman, bertakwa, berakhlak mulia, berjiwa patriotik, taat hukum, disiplin, menjunjung tinggi nilai-nilai luhur bangsa, berkecakapan hidup, sehat jasmani dan rohani, salah satunya adalah melalui perlombaan yang dilandasi prinsip dasar dan metode kepramukaan. Untuk itu, dicetuskanlah Lomba Tingkat (LT).

Di dalam LT, yang berlomba adalah sebuah regu, delapan orang pramuka penggalang. Untuk menjadi regu berprestasi dalam sebuah LT, setiap anggota regu harus bekerja sama, mengendalikan ego masing-masing. Pemimpin regu memimpin anggotanya, anggota regu mematuhi pemimpin regu dan saling membantu satu sama lain. Tak jarang setiap regu harus bekerja sama dengan regu lain, yang tak lain adalah kompetitornya sendiri. Di sinilah menariknya LT, dalam proses tersebut setiap peserta akan menemukan karakternya masing-masing. Karakter otoriter, oportunis, apatis dan individualistis akan terkikis dengan karakter bijaksana, tenggang rasa, solider, dan berempati. Mulai dari LT I di gugusdepan, LT II di tingkat ranting, LT III di tingkat cabang, LT IV di tingkat daerah, hingga LT V di tingkat nasional, bukan hanya sebagai sebuah jenjang prestasi sebuah regu, tetapi seluruhnya adalah rangkaian proses dalam menemukan karakter-karakter luhur yang menjadi tujuan pendidikan kepramukaan.

Petunjuk Penyelenggaraan Lomba Tingkat Regu Pramuka Penggalang yang diterbitkan 44 tahun yang lalu pun masih relevan hingga saat ini. Ukuran berprestasi dalam LT bukanlah jumlah juara, piala, atau medali, tetapi pengamalan Kode Kehormatan Gerakan Pramuka yang dikemas dalam pengelompokan materi kegiatan yang terdiri dari: Kelompok Satu yaitu, Mental, Spiritual, Patriotisme, dan Sikap Bermasyarakat; Kelompok Dua yaitu, Keterampilan dan Kecakapan, Ketangkasan, Karya dan Usaha, dan Tata Laksana Regu; dan Kelompok Tiga yaitu, Wawasan, Kesehatan, Kebersihan, dan Kerapihan. Ketiga kelompok tersebut mewakili sasaran pencapaian dari pelaksanaan LT bagi setiap Pramuka Penggalang. LT menumbuhkan potensi, bukan memaksakan potensi. LT harus memberikan kebebasan dalam berinovasi. Oleh karenanya, LT dikembangkan sesuai dengan situasi perkembangan zaman dan kondisi setempat.

Tantangan sebenarnya ada pada anggota dewasa. Acapkali sebuah lomba malah menjadi wadah pemuas hasrat dan ego orang dewasa. Doktrin “harus menang” dan “harus juara” wajib dibuang jauh-jauh, khususnya bagi kita yang sadar maupun tak sadar seringkali memaksakan hal tersebut. Ukuran berprestasi sejatinya adalah karya yang dihasilkan oleh peserta didik, dan manfaat dari karya tersebut bagi orang lain.

Setiap simpul dan ikatan yang dibuat oleh adik-adik penggalang kita hari ini akan membuatnya menjadi kuat dan tangguh 10, 20, bahkan 30 tahun kemudian. Setiap teriakan yel dan hentakan tongkatnya hari ini akan senantiasa memberikan semangat dalam keras kehidupan di masa mendatang. Yakinlah, bahwa pikiran, tenaga, dan materi yang kita sumbangkan saat ini tak dapat digantikan dengan piala bersusun-susun di lemari piala, karena kita sedang berinvestasi untuk masa depan. Karena lomba tingkat, bukan sekadar lomba bertingkat. (Dd)

Related Articles

Back to top button