114 tahun silam di Brownsea Island, sebuah pulau kecil di bagian selatan Britania Raya, Lord Robert Stephenson Smyth Baden Powell of Gillwell mengadakan perkemahan Pandu pertama (The First Camp) bersama dengan 22 orang remaja berusia 9 hingga 17 tahun. Arthur Primmer, salah satu peserta perkemahan tersebut menuturkan pengalamannya dalam sebuah wawancara dengan Scouting Magazine tahun 1999. Arthur ingat betapa menggetarkannya acara api unggun pada malam itu. Saat itulah Baden Powell menceritakan pekerjaannya dalam dinas militer Inggris di India, Afganistan, dan Afrika.
“Peserta perkemahan membentuk lingkaran, sementara Baden Powell berdiri di tengah-tengah di sisi bara api.” kata Arthur. Selama delapan hari, 22 remaja itu digembleng kedisiplinan dan patriotisme, ketahanan fisik dan mental, serta kekompakan dalam regu. Kepada mereka juga diajarkan keterampilan mencari jejak, mengirim pesan, mengamati hewan, dan pertolongan pertama pada kecelakaan.
Di Brownsea Island, Baden Powell menguji dan mengaplikasikan metodenya mengenai konsep pendidikan non formal bagi pemuda Inggris yang sedang dilanda krisis moral pada saat itu melalui perkemahan dengan delapan tahap dalam delapan hari. Tahun ini, 14 Kwartir Ranting se-Kabupaten Maros akan melangsungkan jambore di rantingnya masing-masing. Jambore Ranting dalam bentuk perkemahan itu dijadikan sarana untuk menguji dan mengaplikasikan metode kepramukaan di situasi new normal. Berkemah di alam terbuka dan segala penggemblengannya sungguh berperan dalam memberi bekal hidup. Hal itu yang kita harapkan pada rangkaian Jambore Ranting yang akan digelar di 14 Kwartir Ranting se-Kabupaten Maros tahun ini. Anak-anak berusia belasan bakal mendapat pengalaman penting. Mungkin juga petuah dan banyak wawasan saat melingkari api unggun.
Skema Jambore Ranting tersebut dilaksanakan di alam terbuka dengan kontrol penuh orang dewasa, jumlah personil terbatas, screening personil perkemahan, kontak fisik minimum, rutin mencuci tangan, menjaga jarak, dan tentu saja, menggunakan masker. Kegiatan Jambore Ranting nantinya terdiri dari permainan besar, hiking , halang rintang, karnaval, forum penggalang, pementasan seni budaya, temu tokoh, teknologi, dan tanggap bencana.
Penyelenggaraan kegiatan pramuka, khususnya perkemahan seperti jambore di saat ini memang bukan hal yang mudah, apalagi jika dilaksanakan secara serampangan. Namun, semangat yang besar dari calon peserta dan penyelenggara, serta dukungan dan bantuan dari banyak pihak adalah modal terbesar kesuksesan Jambore Ranting se-Kabupaten Maros. Jika berhasil terselenggara dengan lancar dan aman, skema ini bisa saja menjadi acuan pelaksanaan Jambore Nasional yang rencananya akan dilaksanakan tahun depan.
The First Camp di Brownse Island telah tercatat sebagai sejarah dan pedoman berharga bagi kepramukaan di seluruh dunia, semoga Jambore Ranting maraton oleh 14 Kwarran se-Kabupaten Maros dapat tertulis sebagai sejarah manis bagi Gerakan Pramuka Maros, dan Indonesia. Sukses Jambore Ranting se-Kabupaten Maros. Salam Pramuka. (Dd)