Tiga kapak yang ditancapkan masing-masing oleh Ketua Kwarnas, Sekretaris Jenderal Kwarnas, dan Ketua Panitia menandai dibukanya Karang Pamitran Nasional 2023 di Lapangan Utama Kempa 2 Buperta Cibubur. Secara etimologi, “karang” berasal dari kata pekarangan atau sebuah tempat. sedangkan “pamitran”, dalam bahasa jawa berarti teman atau keluarga. Karang Pamitran dapat diterminologikan sebagai pertemuan pembina pramuka untuk mempererat hubungan kekeluargaan dan persaudaraan serta meningkatkan pengetahuan, pengalaman, dan kepemimpinannya. Dari pengertian tersebut, dapat kita ambil poin atau sasaran utama dalam Karang Pamitran adalah persaudaraan dan peningkatan pengetahuan.
Sasaran pertama, Karang Pamitran diselenggarakan agar para peserta dapat mempertebal jiwa korsa di antara mereka, sehingga mampu menambah saling pengertian dan keakraban diantara sesama pembina pramuka. Seperti kita ketahui, Gerakan Pramuka adalah organisasi yang sangat identik dengan persaudaraan. Sejak dahulu, Gerakan Pramuka telah menjadi instrumen penting dalam mencegah disintegrasi bangsa melalui metode kepramukaan yang di dalamnya terdapat penanaman kehidupan beregu atau berkelompok. Dengan sangat beragamnya karakter dan budaya di Indonesia, Pramuka di seluruh Indonesia terus bertahan dengan menerapkan semangat jiwa korsa dan nilai-nilai persaudaraan.
Sasaran Kedua, melalui proses interaksi yang terjadi antar peserta maupun antara peserta dengan narasumber dan pendamping kegiatan di Karang Pamitran, setiap pembina dapat meningkatkan mutu pendidikan kepramukaan di satuannya, dan mendorongkan minat dan mengembangkan bakat peserta didiknya, khususnya di tengah pesatnya perkembangan zaman dewasa ini.
Saat ini kita diperhadapkan pada masa pengintegrasian ruang maya dan fisik, sehingga kemampuan utama yang dibutuhkan adalah kemampuan memecahkan masalah kompleks serta dapat menjadi problem solver bagi diri sendiri dan orang banyak, kemampuan untuk berpikir secara kritis dalam kehidupan bermasyarakat agar timbul kepekaan sosial. Kemampuan tersebut seyogyanya juga dimiliki oleh setiap pembina pramuka yang menjadi ujung tombak bagi pendidikan kepramukaan.
Tetapi, terlepas dari hal tersebut, Pembina Pramuka tidak boleh seperti guru atau komandan militer, bukan pula seperti rohaniwan, ataupun instruktur. Yang dibutuhkan adalah kemampuan memahami kebutuhan peserta didik dan membawa mereka menikmati alam terbuka. Hal tersebut diungkapkan oleh Lord Baden Powel dalam bukunya Aids To Scoutmastership (1919). Tuntutan pembina pramuka era kini adalah mampu bersinergi dan jeli memanfaatkan seluruh elemen di sekitarnya yang terus berubah-ubah secara cepat. “…to find other men who will give them instruction in the desired directions, whether it be signaling or drawing, nature study or pioneering…”, ungkap Baden Powell dalam bukunya.
Semoga Karang Pamitran kali ini dapat betul-betul menjadi wadah berkumpul yang bernilai guna, bukan hanya bagi pembina, tetapi juga bagi peserta didik nantinya.
Selamat ber-Karang Pamitran para pamitranku. Ikhlas Bakti Bina Bangsa Ber Budi Bawa Laksana. (Dd)